CilacapUpdate.com - Jauh sebelum Jakarta menjadi pusat perdagangan, Pelabuhan Cikao di tepi Sungai Citarum telah berperan penting dalam menghubungkan berbagai wilayah di Nusantara. Pelajari bagaimana pelabuhan kuno ini menjadi saksi bisu perjalanan rempah-rempah dan peradaban masa lalu.
Di tepi Sungai Citarum yang tenang, berdiri Pelabuhan Cikao, sebuah dermaga yang pernah menjadi nadi perekonomian di Priangan. Pada masanya, pelabuhan ini menjadi pusat pertukaran hasil bumi antara pegunungan dan pesisir Laut Jawa, menghubungkan Tatar Sunda dengan Batavia, kini Jakarta.
Jejak Sejarah Pelabuhan Cikao
Nama Cikao berasal dari muaranya yang terletak di Sungai Cikao. Toponimi ini sudah tercatat dalam peta Hindia Belanda sejak abad ke-17. Dermaga Talibaju, yang berada di tepi pelabuhan, memiliki makna yang dalam dalam bahasa Sanskrit dan Kawi, yakni "tempat di sungai untuk mengarungi lautan".
Baca Juga: Kisah Intrik Politik Amangkurat II: Jebakan untuk VOC dan Akhir Tragis Trunojoyo
Aktivitas Perdagangan di Pelabuhan Cikao
Pelabuhan Cikao menjadi titik temu bagi pedagang dan komoditas. Gudang-gudang di tepi sungai dipenuhi karung-karung kopi, gula aren, kulit kina, dan teh, menunggu diangkut ke Batavia. Namun, keterbatasan armada kapal dan pasang surut sungai menjadi tantangan dalam pengangkutan barang.
Peran Penting dalam Pembangunan Ibu Kota Baru
Ketika Hindia Belanda memindahkan ibu kota ke Bandung, Pelabuhan Cikao berperan penting dalam pengangkutan material bangunan melalui jalur laut dan darat. Gedung-gedung megah di Bandung, seperti Gedung Sate dan Gedung PLN, dibangun menggunakan bahan-bahan yang didatangkan melalui pelabuhan ini.
Kemunduran dan Jejak yang Terhapus
Pembangunan Bendungan Walahar pada 1920-an membatasi akses kapal ke Pelabuhan Cikao. Seiring waktu, peran pelabuhan ini meredup, digantikan oleh transportasi darat yang lebih modern. Pelebaran dan pengerukan sungai menghapus jejak-jejak kejayaan masa lalunya.
Pelabuhan Cikao: Kenangan Sejarah yang Tersisa
Kini, Pelabuhan Cikao hanya tinggal kenangan. Namun, ia telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah ekonomi Priangan dan Batavia. Kisah tentang dermaga yang pernah menjadi jantung perdagangan ini terus diceritakan, mengingatkan kita akan pentingnya jalur sungai sebagai penghubung antarwilayah pada masa lalu.***