CilacapUpdate.com - Pangeran Diponegoro, sosok pahlawan yang namanya terukir dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, meninggalkan jejak yang tak ternilai, salah satunya adalah Tongkat Kiai Cokro. Tongkat ini bukan sekadar alat bantu berjalan, tetapi juga simbol kekuatan dan kepemimpinan. Perjalanan panjang Tongkat Kiai Cokro hingga kembali ke tanah air menjadi kisah menarik yang mengungkap sejarah perjuangan dan diplomasi.
Tongkat Kiai Cokro, dengan panjang 1,4 meter, merupakan benda pusaka yang erat kaitannya dengan Pangeran Diponegoro. Tongkat ini menjadi saksi bisu perjuangan sang pangeran melawan penjajahan Belanda dalam Perang Jawa (1825-1830). Dibuat sekitar abad ke-16 untuk Raja Demak, tongkat ini memiliki gagang besi berukir cakra, simbol Dewa Wisnu, yang melambangkan kekuatan dan keagungan. Kepemilikan Tongkat Kiai Cokro memperkuat legitimasi Pangeran Diponegoro sebagai pemimpin perlawanan dan pewaris tahta yang sah.
Tongkat Kiai Cokro di Tangan Belanda
Pasca penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830, Tongkat Kiai Cokro jatuh ke tangan Belanda sebagai rampasan perang. Gubernur Jenderal Jean Chretien Baud membawa tongkat bersejarah ini ke Belanda pada tahun 1834. Sejak saat itu, Tongkat Kiai Cokro menjadi bagian dari koleksi pribadi keluarga Baud, tersimpan dan terlupakan selama beberapa generasi.
Pada tahun 2014, keturunan J.C. Baud, Erica dan Michiel Baud, menemukan tongkat tersebut di antara barang-barang peninggalan keluarga mereka. Menyadari nilai sejarah yang terkandung dalam tongkat tersebut, mereka memutuskan untuk menghubungi Harm Stevens, seorang kurator di Rijkmuseum Amsterdam, untuk meneliti asal-usulnya.
Baca Juga: Dokter Tempo Dulu: Penyelamat Jiwa sekaligus Ancaman Berbahaya
Kembalinya Tongkat Kiai Cokro ke Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Harm Stevens mengungkap bahwa tongkat tersebut merupakan milik Pangeran Diponegoro. Keluarga Baud, dengan penuh rasa hormat terhadap sejarah Indonesia, memutuskan untuk mengembalikan Tongkat Kiai Cokro ke tanah air. Pada tahun 2015, tongkat bersejarah ini akhirnya kembali ke Indonesia, menandai babak baru dalam sejarahnya.
Kembalinya Tongkat Kiai Cokro bukan hanya tentang pengembalian benda bersejarah, tetapi juga simbol pengakuan atas perjuangan Pangeran Diponegoro dan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan. Tongkat ini menjadi pengingat akan semangat juang, kepahlawanan, dan pentingnya menjaga warisan sejarah bangsa.
Tongkat Kiai Cokro: Warisan Sejarah yang Berharga
Tongkat Kiai Cokro, kini menjadi bagian dari koleksi Museum Nasional Indonesia, menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Keberadaannya mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan kepada generasi penerus. Tongkat Kiai Cokro bukan hanya benda mati, tetapi juga simbol semangat juang yang tak pernah padam.
Melalui pelestarian benda-benda bersejarah seperti Tongkat Kiai Cokro, generasi muda dapat mempelajari dan memahami sejarah bangsa dengan lebih baik. Kisah di balik Tongkat Kiai Cokro mengajarkan kita tentang pentingnya keberanian, kegigihan, dan semangat rela berkorban demi bangsa dan negara.***