Network
CilacapUpdate.com - Sebelumnya, telah dibahas tentang beberapa film Jepang yang mendapat larangan tayang di beberapa negara. Kali ini, kita akan menjelajahi beberapa film Jepang yang sebaiknya tidak diperuntukkan bagi penonton anak kecil.
Film-film ini seringkali mencakup adegan-adegan panas yang tak pantas untuk mata anak-anak. Beberapa di antaranya bahkan menampilkan adegan-adegan ranjang yang penuh kontroversi, membuatnya tidak sesuai untuk tontonan mereka.
Tidak hanya dilarang untuk semua usia, film-film ini juga seringkali memicu kontroversi dan sensor. Beberapa bahkan hampir dilarang tayang di beberapa negara, termasuk Jepang.
Adegan-adegan dewasa yang ditampilkan dalam film-film ini dianggap memiliki dampak negatif pada penonton dan melanggar norma sosial yang berlaku.
Sebagai hasilnya, banyak sutradara film Jepang harus berhadapan dengan pemerintah dan lembaga sensor.
Mereka terpaksa memotong atau menyensor film-film yang mereka buat agar dapat tayang dengan lebih bebas.
Film Jepang yang Tidak Boleh Ditonton Anak Kecil Terbaru 2023
Di bawah ini adalah beberapa film Jepang yang sebaiknya dihindari oleh anak kecil:
1. Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood
"Guinea Pig: Flower of Flesh and Blood" adalah sebuah film yang menceritakan tentang seorang pembunuh berantai yang mengenakan pakaian samurai.
Ia mengejar seorang perempuan dan melakukan penyiksaan terhadapnya dengan tujuan membuat "bunga" dari daging dan darah manusia.
Film ini, yang dibuat oleh Hideshi Hino, menimbulkan perhatian hukum dan bahkan membuat sang sutradara harus membuat pernyataan bahwa film ini sepenuhnya fiktif dan tidak ada aktor yang disakiti dalam produksinya.
Film ini dicekal dan hanya bisa beredar setelah gulungan filmnya ditemukan di Jerman. Pertama kali dirilis pada tahun 1985, baru pada tahun 2002 film ini bisa tayang secara legal di berbagai negara.
2. In the Realm of the Senses
"In the Realm of the Senses" adalah film yang menceritakan kisah Sada Abe, seorang mantan pelacur yang bekerja sebagai pembantu di sebuah hotel di Tokyo pada tahun 1936.
Pemilik hotel, Kichizo Ishida, melakukan penganiayaan terhadapnya, dan keduanya terlibat dalam hubungan perselingkuhan yang intens.
Film ini mencakup eksperimen seksual yang ekstrem dan kontroversial. Obsesi mereka berdua terhadap satu sama lain memuncak pada tindakan kekerasan yang tragis.
Dikarenakan adegan-adegan ranjang yang ekstrem, sutradara Nagisa Oshima harus menyelesaikan produksi film ini di Prancis, karena terlalu kontroversial untuk diproduksi di Jepang.
3. Ju-On Origins
"Ju-On Origins" adalah serial yang berfokus pada pemburu hantu yang mencoba mengungkap misteri di balik sebuah rumah tua yang telah menjadi tempat pembunuhan berantai selama beberapa generasi.
Serial ini penuh dengan adegan kekerasan dan ketegangan, membuatnya tidak cocok untuk anak kecil.
"Ju-On Origins" juga menggali asal-usul kisah "Ju-On," sebuah film horor Jepang yang sukses pada tahun 2000-an.
Baca Juga: Sinopsis Drama Film The Comments (2021) Film Mengungkap Kekerasan di Sekolah dan Dunia Media Sosial
4. Scams
Serial "Scams" berpusat pada sekelompok penipu yang telah merampok orang tua sebagai korban mereka.
Film ini menggambarkan perjuangan salah satu penipu, Seiji, yang mulai merasa bersalah dan berusaha untuk bertahan hidup dengan cara yang tidak konvensional. Dengan tema seperti itu, film ini juga tidak sesuai untuk anak-anak.
5. Raise de wa Chanto Shimasu
Film "Raise de wa Chanto Shimasu" menceritakan kisah Omori Momoe, seorang wanita berusia 27 tahun yang memilih untuk hidup sendirian.
Namun, meskipun hidup sendiri, ia memiliki banyak pria di sekitarnya yang memenuhi kebutuhan seksualnya. Film ini juga mencakup adegan-adegan panas yang tidak sesuai untuk anak-anak.
6. Kanokon
Anime "Kanokon" juga tidak cocok untuk anak kecil. Ceritanya mengikuti seorang remaja laki-laki bernama Kuota yang menemui seorang roh rubah bernama Chizuru.
Chizuru adalah roh rubah wanita yang agresif dan selalu menggoda Kuota. Dengan tema-tema seksual yang kuat, anime ini tidak pantas ditonton oleh anak-anak.
Dalam kesimpulannya, film-film Jepang yang disebutkan di atas adalah contoh yang baik tentang mengapa perlu ada pengawasan ketat terhadap apa yang ditonton anak-anak.
Batasan usia dan sensor diperlukan untuk melindungi mereka dari konten yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Orang tua dan penjaga harus selalu memeriksa konten yang akan ditonton anak-anak mereka untuk memastikan pengalaman tontonan yang sesuai dan aman.***
